Pages

Minggu, 18 November 2012

Kelangkaan Daging menyebabkan harga daging melonjak



Pemerintah Diminta Tak Gegabah Atasi Kelangkaan Daging Sapi

Penulis : Sandro Gatra | Senin, 19 November 2012 | 07:29 WIB

Suasana los pedagang daging sepi tak ada pedagang yang berjualan, Pasar Moderen Santa, Kebayoran baru, Jakarta, Jumat (16/11/2012). Pedagang daging sapi di Jakarta menghilang dari sejumlah pasar, mereka tak berjualan lantaran melonjaknya harga daging sapi.
 
 KOMPAS/LASTI KURNIA Suasana los pedagang daging sepi tak ada pedagang yang berjualan, Pasar Moderen Santa, Kebayoran baru, Jakarta, Jumat (16/11/2012). Pedagang daging sapi di Jakarta menghilang dari sejumlah pasar, mereka tak berjualan lantaran melonjaknya harga daging sapi.
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah didesak segera menyelesaikan kelangkaan daging sapi yang menyebabkan melonjaknya harga daging sapi beberapa hari terakhir. Kelangkaan daging itu dinilai tidak wajar lantaran tidak ada kenaikan konsumsi.
Hal itu disampaikan Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat M Romahurmuziy, atau yang akrab dipanggil Romi, melalui pesan singkat, Senin (19/11/2012).
Romi mengatakan, pemerintah harus cermat dalam menyelesaikan persoalan ini. Pemerintah jangan gegabah mengambil keputusan dengan menambah kuota impor daging atau sapi. Pasalnya, populasi sapi nasional saat ini sekitar 15,9 juta ekor.
"Artinya, stok ini cukup untuk pasokan domestik tanpa harus terjadi kenaikan harga, terutama menjelang libur Natal dan Tahun Baru," kata politisi Partai Persatuan Pembangunan itu.
Romi menambahkan, permasalahan kelangkaan daging saat ini kemungkinan terjadi di pengusaha penggemukan sapi atau rumah potong hewan. Untuk itu, pemerintah harus mendata di mana populasi sapi itu berada dan bagaimana suplai sapi ke rumah-rumah potong hewan di Jabodetabek.
"Komisi IV awal pekan ini akan mengagendakan pemanggilan pihak-pihak terkait, seperti Dirjen Peternakan, asosiasi pedagang sapi, asosiasi pedagang bakso, asosiasi importir daging sapi, dan asosiasi penggemukan sapi," pungkas Romi.

Editor :
Kistyarini

KENAIKAN HARGA
Daging Sapi, Pemerintah Jangan Mau Diatur Importir

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa kalangan meminta agar swasembada daging harus segera dicapai untuk mencegah spekulasi harga daging. Dalam jangka pendek, pemerintah harus segera memasok daging ke pasar. Kenaikan harga daging sapi menjelang akhir tahun ini dinilai tidak wajar.
Guru Besar Sosial Ekonomi Industri Pertanian Universitas Gadjah Mada M Maksum dan Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi-Kerbau Indonesia Teguh Boediyana, yang dihubungi Kompas di Yogyakarta dan Jakarta, Minggu (18/11/2012), menyatakan, pemerintah harus tegas dan konsisten dengan target pencapaian swasembada daging sapi 2014.
”Jangan mau diatur-atur oleh para importir,” kata Maksum terkait kenaikan harga daging yang terjadi sejak pekan lalu. Ia mengingatkan, untuk kesekian kalinya pemerintah dipermainkan oleh kelompok tertentu karena Indonesia tidak mandiri dalam hal pangan. Pola yang sama digunakan para importir saat terjadi kelangkaan kedelai beberapa waktu lalu.
Teguh mengatakan, dalam jangka menengah, pemerintah perlu mengajak semua pemangku kepentingan membahas ulang produksi dan kebutuhan daging nasional.
Dalam jangka pendek, pemerintah harus menekan perusahaan penggemukan dan importir daging untuk melepas sebagian stoknya.
Pemerintah juga harus terus memperbaiki berbagai persoalan yang menjadi penghambat kelancaran distribusi sapi agar disparitas harga tidak terjadi dan terlalu tinggi.
Sementara itu, pedagang yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Daging Indonesia mencurigai ada yang memanfaatkan momentum dengan menaikkan harga daging sapi. Kenaikan harga daging menjelang akhir tahun ini dinilai tidak wajar karena harga di beberapa negara lain lebih murah daripada harga daging di Indonesia.
”Sepertinya ada yang ingin memanfaatkan momentum akhir tahun. Mereka sengaja menahan dan menjual daging dengan harga lebih tinggi daripada biasanya,” tutur Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia M Nurdin R.

Segera normal
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro memastikan, Minggu malam, para jagal sapi sudah bisa mulai bekerja kembali.
”Dari Kediri, Jawa Timur, pasokan sapi mulai melimpah. Para pembeli dari luar kota membeli dengan harga Rp 30.000 per kilogram daging sapi hidup dengan tambahan komisi Rp 150.000 kepada pedagang sapi lokal,” ujarnya.
Pantauan ke pasar sapi di Jawa Timur, kemarin pagi, menunjukkan, sapi yang keluar ke pasar normal sekitar 90 persen atau sama dengan pasokan sebelum Hari Raya Kurban.
Menurut Syukur, stok sapi saat ini cukup. Stok di perusahaan penggemukan sekitar wilayah Jabodetabek mencapai 130.000 sapi. Jumlah itu terdiri dari 38.000 sapi lokal dan 92.000 sapi eks impor. Pada November-Desember 2012 akan masuk lagi sisa impor kuartal IV sebanyak 15.000 sapi.
Dalam waktu dekat, apabila dibutuhkan akan dipasok 5.000 sapi siap potong dari Nusa Tenggara Barat untuk pasar Jabodetabek. Pengangkutannya sedang dijajaki kerja sama dengan TNI AL dan Kementerian Perhubungan. Para asosiasi peternak sapi juga akan mendorong anggotanya untuk melepas sapi ke pasar.
Sementara itu, di Jakarta dilaporkan, harga daging sapi dari kelas medium hingga premium di hipermarket dan supermarket kini menembus Rp 135.000 per kilogram hingga Rp 150.000 per kilogram dari sebelumnya pada bulan Agustus harganya Rp 80.000 sampai Rp 90.000 per kilogram.
Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Satria Hamid mengungkapkan, semua ritel modern di Indonesia kini kesulitan memperoleh daging sapi akibat tersendatnya pasokan.
Sebelumnya, pasokan total daging sapi untuk semua ritel modern di Indonesia sebanyak 35,2 ton per hari, tetapi sekarang anjlok sampai 50 persen menjadi 17,6 ton per hari.

Pemangkasan kuota
Menurut Sarman Simanjorang, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, gejolak harga daging sapi berawal ketika pemerintah memangkas kuota daging sapi impor pada 2012. Impor daging sapi yang pada 2011 sebesar 100.000 ton tiba-tiba dipangkas hingga tersisa hanya 34.000 ton.
Kementerian Pertanian saat itu memutuskan pemangkasan impor daging ini karena Indonesia akan swasembada daging sapi. Kementerian Pertanian menghitung, kebutuhan daging sapi bisa dipenuhi oleh sapi lokal.
Dari beberapa daerah, seperti Surabaya, Magelang, dan Bandar Lampung, dilaporkan, stok sapi potong makin minim sehingga produksi rumah potong hewan menurun drastis. Pasokan ke rumah potong berkurang sehingga pedagang kesulitan memperoleh sapi dari penggemukan di beberapa sentra di daerah tersebut.(ARN/MAS/ETA/JON/EGI/DMU/ANS/MDN/PIN/NDY/NEL)

Harga Daging Sapi Rp 100.000 Per Kilogram
BATULICIN, KOMPAS.com — Harga daging sapi di wilayah Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Minggu, telah menembus harga tertinggi, yaitu Rp 100.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp 70.000 sampai Rp 80.000 per kilogram.
Tingginya harga daging sapi disebabkan para pedagang mulai kesulitan mendapatkan jumlah pasokan, menyusul naiknya harga jual ternak sapi beberapa pekan terakhir.
Seorang penjual daging sapi, Ridwansyah, di Batulicin, Minggu, mengatakan bahwa harga jual daging sapi sebenarnya sudah mulai naik sejak awal menjelang hari raya Idul Adha.
Harga daging terus meningkat sampai puncaknya bertepatan pada saat Tahun Baru Islam. Akibatnya stok daging, kata Ridwansyah, saat ini semakin terbatas. Banyak pemasok yang tidak sanggup menyediakan daging sapi akibat harganya yang melonjak.
"Informasinya saat ini harga satu sapi Rp 12 juta hingga Rp 13 juta. Harga sebelumnya Rp 8 juta hingga Rp 10 juta," kata Ridwansyah, Minggu (18/11/2012).
Ironisnya, tingginya harga daging sapi saat ini dianggap justru bertepatan dengan turunnya permintaan setelah sebelumnya sempat melonjak karena bersamaan dengan musim hajatan.
Ini juga merupakan salah satu faktor penyebab para pemasok daging sapi lebih memilih untuk tidak menyembelih sapi karena khawatir bisa merugi akibat kurangnya jumlah pembeli.
"Kalaupun masih ada yang menyembelih sapi, katanya, hanya dilakukan setiap dua hari sekali karena jumlah permintaan juga sudah mulai berkurang," katanya.

Sumber :ANTARA
Editor :Benny N Joewono


Daging Sapi Langka, Pedagang Mulai Panik

jakarta, kompas - Pedagang daging sapi melanjutkan mogok berjualan di hari Sabtu (17/11). Mereka berharap pemerintah segera merespons kelangkaan pasokan daging dan tingginya harga jual daging. Mogok dagang ini juga berimbas ke sejumlah pedagang makanan berbahan baku daging sapi.
Sekretaris Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Wilayah DKI Jakarta Sutisna mengatakan, pihaknya berharap pemerintah memperhatikan pasokan daging sapi. ”Saat ini, pasokan daging sapi sangat minim dan tidak sebanding dengan permintaan. Harganya juga melambung sangat tinggi,” kata Sutisna yang juga pedagang di Pasar Senen.
Sutisna mengatakan, sementara ini impor sapi harus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Tanpa itu, pasokan tidak bisa mengejar kebutuhan masyarakat.
Kalaupun impor diberlakukan, sapi dari luar negeri baru akan tiba 1-2 bulan mendatang. Kebijakan impor ini harus segera diputuskan untuk mengurangi dampak kelangkaan pasokan.
Sutisna juga menjamin mogok berjualan yang dilakukan pedagang se-Jabodetabek ini masih solid. Tidak ada penjualan daging sapi di pasaran. Selain karena imbauan mogok berjualan, sapi yang akan disembelih di pejagalan juga tidak ada. Aksi ini akan dilakukan hingga Minggu. Pada hari Senin, perdagangan daging sapi akan dimulai lagi.

Sulit bahan baku
Mogok berjualan ini berimbas ke pedagang makanan yang menggunakan daging sapi sebagai bahan baku makanan mereka. Sunarno, pedagang bakso di depan Kantor Lurah Pegangsaan, Jalan Taman Amir Hamzah, Jakarta Pusat, mengatakan, hanya bisa mendapatkan daging beku dari pedagang langganannya.
”Biasanya, saya bisa beli daging segar. Sudah tiga hari ini, pedagang langganan saya di Pasar Rumput hanya menjual daging beku,” kata Sunarno.
Harga daging selama tiga hari terakhir ini sudah mencapai Rp 90.000 per kg. Sebelumnya, Sunarno masih bisa membeli daging seharga Rp 80.000 per kg. 
Dia mengatakan, kemungkinan akan berhenti berjualan bila sudah tidak ada pasokan daging sapi. Dalam sehari, dia membutuhkan 3-5 kg daging sapi untuk bahan membuat bakso.
Untuk mengatasi mahalnya harga daging, Sunarno mengurangi porsi bakso yang dijual untuk menjaga harga. Apabila biasanya semangkuk bakso isi tiga butir, sekarang tinggal dua butir.
Akibat kelangkaan daging sapi di pasaran para pedagang masakan padang pun tak menjual rendang selama beberapa hari terakhir. Amri, pemilik warung padang di Joglo, Jakarta Barat, mengatakan, dia tak menjual rendang sejak Kamis.
”Bukannya langka lagi, di pasar sama sekali tidak ada yang jual daging sapi. Saya sudah ke beberapa pasar benar-benar kosong. Katanya sampai Minggu mereka tidak jualan,” ujarnya.
Harga daging sapi kini sudah di atas Rp 95.000 per kg. Dia merasa harga itu memang sangat memberatkan bagi pemilik warung seperti dia. Biasanya Amri bisa membeli daging sapi hingga 5 kg per hari. Tanpa rendang, pendapatannya per hari pun berkurang. ”Lebih dari Rp 500.000 bisa melayang karena tidak ada rendang,” kata Amri.
Dia berharap hari Senin nanti sudah bisa kembali membeli daging sapi dan membuat rendang. Menurut Amri, salah satu menu yang paling digemari di warungnya adalah rendang sehingga banyak pelanggan yang kecewa karena dia tidak menjualnya.
Meskipun ada kelangkaan daging sapi di pasar tradisional, di gerai bakso di pusat perbelanjaan masih menyajikan menu bakso. Salah satu pegawai gerai mengatakan, persediaan masih cukup sehingga gerai tidak begitu terpengaruh dengan kelangkaan daging sapi.
Tini, pedagang nasi di Jatinegara, juga tidak lagi menjual menu daging sapi. ”Sejak harga daging menyentuh Rp 80.000 per kg, saya sudah tidak menjual menu daging lagi. Berapa saya harus jual ke pembeli? Sementara, pembeli di warung saya kebanyakan adalah pekerja-pekerja di toko,” ucapnya. (FRO/ART)
Editor :


Daging Langka, Restoran Padang Tak Masak Rendang
Penulis : Firly Anugrah Putri | Jumat, 16 November 2012 | 20:35 WIB  

Pedagang daging sapi di DKI Jakarta mogok jualan. Akibatnya, peredaran daging sapi pun turut hilang. Namun, di Pasar Kramat Jati, masih ada yang berjualan. Mereka menjual daging stok lama dengan harga lama pula.

Fabian Januarius Kuwdo Pedagang daging sapi di DKI Jakarta mogok jualan. Akibatnya, peredaran daging sapi pun turut hilang. Namun, di Pasar Kramat Jati, masih ada yang berjualan. Mereka menjual daging stok lama dengan harga lama pula.
JAKARTA, KOMPAS.com — Kelangkaan daging sapi yang terjadi di Jakarta sejak Kamis (15/16/2012) membuat sebagian pemilik rumah makan Padang tak memasak rendang sebagai salah satu menu andalan.
Hal tersebut terjadi pada salah satu Rumah Makan Padang Pukek Jaya di Jalan Baru, Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Sisi (22), anak pemilik rumah makan tersebut, mengatakan bahwa sudah dua hari ini restorannya menyediakan rendang. "Menu-menu yang lain tetap ada, tapi justru rendang yang enggak dibuat. Habis gimana, daging langka, sekalinya ada ya mahal," kata Sisi kepada Kompas.com, Jumat(16/11/2012).
Kelangkaan daging ini memang menyulitkan pengusaha-pengusaha kecil ataupun menengah yang memproduksi usahanya dengan bahan baku daging. Awalnya daging dijual dengan harga Rp 60.000 per kilogram, tetapi kini mencapai Rp 95.000 per kilogram, bahkan Rp 100.000 per kg. Kondisi ini memaksa pemilik restoran menghilangkan menu daging ataupun memilih tidak berjualan.
Pemilik restoran merasa bingung karena, jika menaikkan harga makanan olahan daging, konsumen pasti sedikit. Jika tidak membuat menu olahan daging, pembeli akan kecewa. Di RM Padang Pukek Jaya, rendang menjadi salah satu menu favorit, tetapi menu ini justru dikorbankan ketika harga daging tak lagi ramah di kantong pembeli.
"Pelanggan sih banyak yang mencari menu rendang, tapi terpaksa kami enggak bisa penuhin soalnya dagingnya langka. Kami biasanya jelasin saja sama pembeli kalau kami enggak bikin rendang karena daging langka dan mahal," kata Sisi.
Selain rendang, pembeli masih dapat memilih makanan olahan daging lain, seperti ayam, cumi-cumi, ataupun udang. Meski demikian, tetap saja kurang lengkap jika rumah makan Padang tak menyediakan rendang.
Editor :
Laksono Hari W

Tidak ada komentar: